Senin, 17 November 2008

Minyak Astiri

Monday, November 17, 2008

BERKEBUN DAN MENYULING NILAM DI KOTA.... MUNGKINKAH??

Mungkinkah...........???


Pada awalnya aku menduga bahwa tidak mungkin melakukan penyulingan sekaligus berkebun nilam di wilayah perkotaan meskipun untuk skala rumah tangga. Karena usaha ini memang lekat dengan nuansa pedesaan dan dalam proses produksinya menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Namun dugaan tersebut ternyata salah besar.


Di sela-sela kegiatan sebagai pendamping pada “Pelatihan Pendampingan Standarisasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri” di Garut oleh Disperindag Jabar tempo hari, aku berkesempatan untuk berkunjung ke Kota Tasikmalaya atas ajakan seorang penyuling sekaligus pekebun (Kita sebut saja, Pak X atau Bapak ini). [Mohon maaf lokasi tepatnya dan nama penyuling tersebut tidak aku sebutkan mengingat belum meminta izin yang bersangkutan untuk mencantumkan identitas dalam tulisan ini dan dipublikasi di internet via blog “essential oil corner”]. Perjalanan dari Garut menuju Kota Tasikmalaya via Singaparna kami tempuh kurang dari 2 jam. Tiba di Kota Tasik, mentari baru saja tertelan bumi di ufuk Barat. Sebelumnya aku tak percaya meskipun kawanku itu mengatakan bahwa penyulingannya berada di dalam kota dan di sebuah kompleks perumahan bahkan sekaligus kebunnya.


Pak X bahkan dengan rendah hati berujar kepadaku pada perjalanan ke Tasik,”Pak Ferry, terus terang saja alat suling saya cuma terbuat dari drum. Nanti kalau lihat ke sana jangan diolok-olok, ya. Saya minder kalau melihat gambar-gambar alat suling yang tadi Pak Ferry perlihatkan.” Beliau memang menyimak presentasiku di depan forum dan memang ditunjukkan gambar-gambar alat penyulingan sistem uap dengan boiler dan terbuat dari stainless steel. Termasuk juga ketel penyulingan minyak pala kami di Ciawi-Bogor.

Setelah tiba di rumah kawan tersebut, kami diajaknya ke pekarangan belakangan rumah dan ternyata memang sudah berdiri sebuah penyulingan minyak nilam sederhana sistem kukus (tapi fungsional) dengan kapasitas sekitar 70-80 kg daun nilam per proses. Ketelnya terbuat dari drum besar yang dirancangnya sendiri dengan berbagai macam ujicoba. Kayu digunakan sebagai bahan bakar dengan penjepit tutup ketel seperti kaleng krupuk. Yah, cukup sederhana (sesederhana di pemilik penyulingan yang rendah hati) tetapi cukup fungsional dan ekonomis.


Sejak dari tahun 2000 beliau mengusahakan penyulingan di rumahnya, sehingga ketika harga minyak nilam anjlok hingga Rp 120.000,- di tahun 2003 maupun di tahun 2006 beliau sempat merasakan. Pun ketika harga melonjak di atas level Rp 1.000.000,- di akhir th 2007 dan awal 2008 kemarin juga sempat beliau nikmati. Dalam kesahajaannya, setengah berfalsafah beliau bercerita bahwa apapun yang terjadi dan sampai kapanpun akan tetap setia mengusahakan minyak nilam ini meskipun pada skala kecil-kecilan saja. Kecuali apabila minyak nilam sudah tidak laku lagi di pasaran. Saat ini beliau memang sudah membuat satu alat suling yg sama dan akan di-instal di sebuah desa di Kab. Garut.


Minyak nilam yang beliau hasilkan biasanya diambil sendiri oleh pengepul langganannya. “Biasanya sih pengepulnya telepon dulu, kalau memang ada minyak saya beritahu, tapi kalau tidak ada ya saya terus terang saja bilang tidak ada,” katanya. Di saat yang lain sibuk mencari pasar dengan harga yang lebih baik, bapak ini tetap setia dengan pengepul langganannya dan tidak mau ambil pusing apalagi mengeluh dengan huru-hara fluktuasi harga minyak. Sebab pada harga minyak nilam yang saat ini agak melesu, beliau tentu saja masih bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Beliau percaya bahwa pengepul langganannya tidak sedang mempermainkan harga kepadanya.


Begitu pula halnya dengan beberapa petani kecil binaannya yang paling banyak memiliki 1000-2000 pohon saja tetap setia supply bahan baku ke bapak ini. Meskipun di saat era “rebutan” bahan baku nilam beberapa bulan lalu banyak yang menawar daunnya dengan harga yg sangat tinggi, tetapi mereka enggan menjualnya selain ke penyulingan beliau. “Saya memang menerapkan keterbukaan pada mereka dan sering melakukan pendekatan sehingga secara tidak langsung akan tercipta ikatan emosional di antara kita.” Hingga saat ini, Pak X jarang kekurangan bahan baku selain karena memang kapasitas penyulingannya tidak besar dan memiliki kebun inti sendiri di sekitar rumah dengan luas sekitar 1 ha dan beberapa petani kecil binaan yang letaknya agak jauh dari rumah.


Ada tenaga kerja yang biasa menyuling nilam, tetapi terkadang beliau sendiri yang menyuling sambil bersantai di saung kecil di samping penyulingan dengan kursi/meja yang tertata rapi. Memang sengaja dibuat untuk menikmati suasana saat menyuling nilam sambil sesekali melihat ke dalam tungku pembakaran apakah kayunya sudah habis dan apakah apinya masih stabil atau tidak.


Setelah puas melihat-lihat penyulingan di rumahnya, kami diajaknya ke kebun nilam meskipun saat itu hari telah malam. Jaraknya hanya sekitar 200 m dari rumah. Dalam keremangan malam, aku masih sempat melihat pohon-pohon nilam yang siap panen. Ketika ditanya mengapa tidak dipanen saja, beliau menjawab sambil tertawa di sela-sela pematang kebun nilam, “Ini buat cadangan saja, kalau supply dari petani-petani binaan saya sudah agak menipis.” Kebun nilam yang Pak X kelola sendiri di sekitar rumah tersebar di 3 titik dengan luas sekitar 1 ha. Jika dilihat dari struktur daun dan batangnya, bisa dipastikan rendemennya cukup baik di atas 2,5%. Hal ini juga sempat beliau utarakan bahwa ketika menyuling 50 kg daun nilam diperoleh 1,4 kg minyak. Kadang-kadang menyuling 70 kg daun nilam dihasilkan 1,8 kg. Pak X mengaku bahwa dalam sebulan rata-rata menghasilkan minyak nilam sekitar 70 kg. Dengan harga minyak 2-3 bulan lalu sekitar Rp 600.000,- sudah dapat dihitung berapa omset Bapak ini per bulan. Sangat besar untuk industri kecil skala rumah tangga yang notabene beliau katakan dengan logat Sundanya yang kental,” Ah, ini mah cuma iseng-iseng saja di rumah, Pak Ferry”.


Banyak hikmah yang bisa aku petik dari kesahajaan dan kesederhaan Bapak ini. Setiba kembali di Garut dengan kendaraan milik beliau (yang disupiri partnerku selama ini, Mr. Syauqi) sekitar jam 11 malam, aku masih termenung dan menghayati setiap kata yang diutarakan Pak X ini. Hanya sesungging kalimat terucap, “CUKUP INSPIRATIF. SO INSPIRING!!”. Tidak grusa-grusu, santai, tidak terlalu ngoyo, dll. SLOW BUT SURE!! Atau ALON-ALON WATON KLAKON!!


Mudah-mudahan sharing tulisan ini bisa juga menginspirasi rekan-rekan pembaca yang mencoba berbisnis minyak atsiri untuk memulainya dari skala kecil terlebih dahulu sambil mempelajari lika-liku bisnis ini yang memang penuh intrik dan strategi. Dimulai dari 1 ha atau 2 ha kebun sendiri dan membina petani-petani kecil di sekitarnya, dengan penyulingan kapasitas 70 kg sudah cukup untuk menghasilkan omset seperti yang sudah Pak X lakukan selama ini. Fluktuasi harga dalam minyak atsiri (terutama nilam) sudah menjadi hal yang biasa. Yang penting adalah ketekunan, setia, kepercayaan, optimis dengan apa yang dilakukan, tidak terlalu nafsu/serakah, serta yang paling penting adalah tidak ikut-ikutan pada trend harga minyak atsiri tertentu. Ingat lho, mengelola bisnis perkebunan atsiri 1 ha dengan 5 ha permasalahannya akan berbeda, begitu pula untuk pengembangan luasan lagi hingga 20 ha, 50 ha atau 100 ha. Semakin luas, tentu kompleksitas permasalahannya semakin menggila. Oleh sebab itu, mulailah dari yang dirasa dapat terjangkau dahulu.

Aktivitas di Bengkel Spesialis Mesin Penyulingan Minyak Atsiri

Pertanyaan Paling Sering Diajukan Seputar NILAM

Jenis tanaman nilam apa yang bagus untuk disuling?

Jenis nilam yang sering ditanam orang dan kualitasnya baik adalah jenis Tapak Tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Masing-masing jenis tersebut juga punya varietas-varietas tersendiri yang sudah dikembangkan oleh balai-balai penelitian Departemen Pertanian RI.

Bagaimana cara mendapatkan bibit nilam?

Bibit nilam dapat diperoleh di sentra-sentra perkebunan nilam. Banyak petani nilam yang juga berperan sebagai penangkar bibit. Baik sudah dalam bentuk polybag berumur 1 – 2 bulan dan bisa langsung ditanam di lapangan. Atau dalam bentuk stek-stek batang yang perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu dalam polybag sebelum ditanam di lapangan. Jika pembelian bibit dilakukan antar pulau, maka sebaiknya membeli bibit dalam bentuk stek batang untuk menghemat biaya transportasi dan kemungkinan bibit mati karena stress dalam lamanya perjalanan ke lokasi. Baru setelah tiba di lokasi, dilakukan penyemaian sendiri. Pastikan bahwa bibit stek batang tersebut sudah diberi hormon agar kesegaran stek batang tersebut bisa dipertahankan paling tidak selama 1 minggu dan memiliki 2-3 buku-buku sebagai calon percabangan.

Berapa harga bibit nilam?

Harga bibit nilam bervariasi tergantung penjualnya. Untuk bibit dalam polybag berumur 1-2 bulan, rentangnya Rp 400,- s/d Rp 700,- per polybag. Sedangkan bibit stek batang, rentangnya Rp 100,- s/d Rp 200,- per batang,

Umur berapa tanaman nilam dapat dipanen?

Nilam dapat dipanen setelah 6 bulan sejak masa tanam, termasuk umur bibit dalam polybag saat dipindahkan ke lapangan. Setelah itu, jika sistem budidaya paska panen baik maka tanaman nilam dapat dipanen 3 bulan kemudian dan begitu seterusnya hingga 7 – 9 kali panen. Setelah itu tanaman nilam perlu diremajakan kembali. Tetapi jika dipelihara seadanya, maka baru 3 kali panen produktivitas tanamannya akan jauh merosot.

Berapa banyak hasil panen tanaman nilam per hektar?

Variasi jumlah ini tergantung pada banyak faktor diantaranya adalah populasi tanaman per hektar, teknik budidaya, asal bibit, kondisi agroklimat lokasi perkebunan. Dengan sistem budidaya yang baik, maka per tanaman dapat menghasilkan rata-rata sekitar 1 – 3 kg terna basah. Bahkan terkadang ada pula yang mencapai 5 kg ternah basah/pohon. Populasi tanaman antara 15000 – 20000 pohon per hektar.

Berapa kg bahan basah yang dibutuhkan untuk mendapatkan 1 kg bahan kering?

Rata-rata adalah 5 kg. Tetapi ini juga tergantung rasio antara batang dan daun serta besar kecilnya batang. Jika jumlah batang banyak dan besar maka penyusutan bisa sekitar 4 kali, sedangkan jika batangnya sedikit dan kecil maka penyusutan bisa mencapai 6 kali. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 1 hari yang dilanjutnya dengan pelayuan (kering angin) sekitar 3-4 hari.

Berapa harga bahan baku nilam jika membeli dari luar?

Harga bahan baku bervariasi tergantung lokasi dan negosiasi dengan penjual. Bahkan terkadang juga melibatkan perantara atau makelar bahan baku. Harga saat ini (di Jawa Barat) untuk bahan basah sekitar Rp 1000,- s/d Rp 1500,-. Sedangkan bahan kering antara Rp 5.500,- s/d Rp 7.500,-. Di daerah Jawa Tengah, harga bahan baku ini lebih mahal daripada di Jawa Barat mengingat tingkat persaingan untuk mendapatkan bahan baku juga cukup ketat.

Berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 kg minyak nilam?

Ini juga bervariasi dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Untuk di Jawa Barat memang tidak setinggi nilam di Sumatra, khususnya Sumatra Utara atau Aceh. Rentangnya sekitar 40 kg s/d 80 kg bahan kering untuk menghasilkan 1 kg minyak nilam. Atau setara dengan rendemen 1,2% s.d 2,5%. Jika bahan baku berasal dari dataran tinggi, maka rendemen minyak nilam bisa sangat kecil. Dengan teknik berkebun yang baik serta kondisi agroklimat mendukung, maka rendemen 2% - 2,5% di Jawa Barat sudah cukup baik.

Bagaimana cara mengolah daun nilam menjadi minyak nilam?

Menggunakan teknik penyulingan atau distilasi. Untuk minyak nilam bisa digunakan penyulingan sistem kukus (tanpa boiler) atau penyulingan sistem uap (dengan boiler). Untuk sistem pertama, investasinya lebih rendah karena tidak membutuhkan boiler, tetapi masih bisa menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang diterima oleh pasar. Alat penyulingan dapat terbuat dari besi biasa atau stainless steel. Jika disuling dengan ketel stainless steel, minyaknya berwarna cokelat kehitaman samapi hitam pekat. Tetapi hal ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar dan harga jual.

Minyak nilam yang bagaimana yang masuk standar kualitas perdagangan?

Jika menyesuaikan dengan SNI, maka ada berbagai parameter yang ditetapkan sebagai standar kualitas seperti specific gravity (berat jenis), indeks bias, kelarutan dalam alkohol 90%, bilangan asam, bilangan ester, kadar minyak keruing/balsam gurjun oil, kadar minyak pelikan, kadar minyak terpentin. Hal ini memerlukan teknik analisis yang kompleks dan mahal. Tetapi jika perdagangan di level penyuling rakyat, biasanya digunakan teknik-teknik yang lebih sederhana. Kadar PA (Patchouly Alcohol) adalah faktor penting dalam kualitas minyak nilam. Adakalanya faktor aroma untuk cukup menentukan. Secara sederhana, nilai meterlak di bawah 40 (setara dengan kadar PA sekitar 29%) masih dapat diterima pasar dengan baik. Semakin rendah nilai meterlak, kadar PA nya makin tinggi.

Bagaimana cara menentukan kualitas minyak nilam?

Teknik sederhana yang digunakan sebagai pendekatan kualitas di tingkat level perdagangan bawah menggunakan meterlak/alkoholmeter dan kelarutan dalam alkohol 90%. Harga alat ini 1 paket cukup murah antara Rp 150.000,- s/d Rp 250.000,-. Dapat diperoleh di toko-toko kimia atau toko-toko yang menjual alat laboratorium terdekat. Katakan saja, beli alkoholmeter dengan 2 skala R dan T (skalanya 0 – 100). Baca kembali ulasan saya mengenai meterlak/alkoholmeter dalam blog ini.

Berapa harga minyak nilam per kg?

Harga minyak nilam juga bervariasi meskipun antara pembeli satu dengan yang lainnya tidak terlalu mencolok perbedaannya dari sisi harga. Di Sumatra, khususnya Sumatra bagian utara harganya lebih mahal daripada di Jawa. Saat ini harga minyak nilam di tingkat pengumpul antara Rp 550.000,- s/d Rp 610.000,- per kg (di Jawa). Harga minyak nilam biasanya tidak bertahan lama di satu titik. Meskipun pada satu siklus tertentu, harga cenderung konstan untuk beberapa bulan.

Apa fungsi dan aplikasi dari minyak nilam?

Pada komposisi parfum dikenal 3 komposisi utama, yaitu base note, middle note, dan top note. Minyak nilam banyak digunakan di bidang parfumery, yaitu sebagai base note. Dengan kata lain, base note berfungsi untuk mempertahankan wewangian utama yang mudah menguap (top note) sehingga bau parfum menjadi tahan lama. Istilah, minyak nilam berfungsi sebagai zat fiksatif atau zat pengikat komponen-komponen lain yang mudah menguap. Parfum-parfum yang mahal biasanya memiliki aroma yang tahan lama karena kehadiran minyak nilam ini (minyak nilam yang tentu saja sudah diproses lanjut (refinery) menjadi siap pakai).

Bagaimana cara memasarkan minyak nilam?

Untuk skala penjualan kecil, misalnya di bawah 50 kg, bisa dijual ke pengumpul-pengumpul lokal yang “berkeliaran” di sentra-sentra penyulingan nilam. Bisa juga dijual ke agen-agen eksportir (pengumpul besar) di daerah-daerah tertentu. Jika skala penjualan besar, misalnya di atas 200 kg, maka bisa saja langsung dipasarkan melalui eksportir-eksportir yang ada kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, Surabaya, Medan, Semarang, Padang, dll. Skala penjualan lebih besar lagi, silakan untuk melakukan ekspor sendiri jika sudah memiliki pasar sendiri di luar negeri.

Bagaimana cara mengemas minyak nilam?

Pengemasan yang paling baik menggunakan botol kaca gelap dan tertutup atau menggunakan tangki stainless tertutup. Tetapi jika akan dijual secepatnya ke pengumpul-pengumpul, cukup dikemas menggunakan derigen HDPE tertutup, toh nanti oleh pengumpul akan dipindahkan juga ke tangki-tangki kemasan mereka.

Mengapa sering terjadi fluktuasi harga minyak nilam?

Yang jelas, inilah mekanisme pasar yang biasa terjadi untuk jenis produk-produk komoditas seperti minyak nilam. Hukum supply and demand berlaku di sini. Secara pribadi, saya selalu berfikir positif dan tidak ada tendensi untuk menganggap bahwa ini adalah permainan harga dari eksportir atau pedagang-pedagang besar. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada 1 – 2 oknum pedagang atau pengumpul yang memanfaatkan ketidaktahuan penyuling akan perkembangan harga untuk kepentingan memperoleh laba sebesar-besarnya. Setiap mata rantai pada bisnis minyak atsiri di Indonesia ini, mulai dari petani hingga eksportir semuanya memiliki kontribusi, peranan, dan kemanfaatannya masing-masing untuk membuat dunia minyak atsiri Indonesia menjadi lebih dinamis. Jika sorang produsen minyak nilam merasa bisa untuk melakukan penjualan langsung sendiri ke luar negeri (eskpor) atau ke end user dengan segala macam bentuk konsekuensinya, ya silakan saja melakukan hal itu. Tetapi jika kita belum memiliki kemampuan dan infrastruktur untuk itu, pastinya kita membutuhkan jasa-jasa pedagang perantara bukan? Dan atas jasa dan perannya itu, tentu saja mereka juga layak mendapat porsi tertentu. Saya berharap, semua pihak bisa merasa “SAMA-SAMA SENANG” atau “LO HAPPY, GW JUGA HAPPY” dengan mengedepankan etika dan nurani dalam berbisnis (waduh, udah kayak Pak Udztad aja...hehe) serta kurangi kecurigaan dari masing-masing mata rantai.

Tetap semangat!! Pikiran-pikiran yang negatif, misalnya “GW YANG SUSAH-SUSAH, TAPI KOK LO YANG LEBIH BANYAK NIKMATI HASILNYA” atau “DASAR PEDAGANG! MAUNYA UNTUNG GEDE MELULU”, justru akan melemahkan motivasi kita. Tetaplah berkarya dengan pikiran-pikiran positif sambil tak henti-hentinya berupaya mencari jalan dan strategi jitu untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dan berkembang.

Saturday, August 23, 2008

Kunjungan Peserta Pelatihan TRUBUS

Hari Sabtu - 16 Agustus 2008, penyulingan kecil [minyak pala] kami di Ciawi terasa tumpah ruah oleh peserta pelatihan "Peluang dan Kendala Bisnis Minyak Atsiri" yang diselenggarakan oleh majalah agribisnis TRUBUS di Bogor [kebetulan saya menjadi salah satu pematerinya juga, selain Pak Suwandi dari PT. Djasula Wangi-eksportir aneka jenis minyak atsiri]. Ruangan produksi yang kecil ini cukup sesak dipenuhi oleh sekitar 60 orang partisipan. Semoga para peserta mendapatkan wawasan dan pengetahuan cukup untuk bahan pertimbangan sebelum memulai bisnis minyak atsiri.

Oleh-oleh dari Singapore

Kemarin pas lagi di negerinya Lee Kuan Yew untuk suatu urusan, aku sengaja mencari-cari materi-buku mengenai aromaterapi yang sulit untuk diperoleh di Indonesia. Masuk ke toko buku yang cukup lengkap, eh...nemu deh keenam buku tentang aromaterapi di atas meskipun harus merogoh kocek cukup banyak...hehe. Maklum belinya pakai dollar. Dan ternyata di toko tersebut masih banyak lho buku-buku tentang aromaterapi, tapi kayaknya isinya sih sama-sama aja makanya ngga saya beli semua.
Beberapa minggu yang lalu saya sempet juga beli buku aromaterapi [berbahasa Indonesia] via toko buku online di internet. Isinya cukup bagus juga untuk menambah pengetahuan mengenai salah satu aplikasi dari minyak atsiri ini. Judulnya "Aromaterapi Praktis" karya Shirley Price [terjemahan] dan "Aromaterapi" karya Dr. Rachmi Primadiati.


MEMBUAT BIO ETANOL DENGAN DESTILATOR SEDERHANA

( TEKNOLOGI UTK MASYARAKAT DAN RUMAH TANGGA )

Dikarenakan banyaknya permintaan dan keinginan para pemula untuk dapat membuat bio etanol saya akan coba berikan cara membuat bio etanol dengan teknologi masyarakat yang murah meriah.

Biaya pembuatan antara 3 ~ 5 juta sdh dpt belajar buat bio etanol di pekarangan rumah sendiri dan dapat di sesuaikan dengan anggaran keuangan anda.

Bahan dapat dibuat dari tangki / drum bekas pakai pipa biasa , stainlees atau tembaga.

Kalau mau awet saya sarankan bahan dari stainless steel

Alat Distilasi ini sangat sederhana yaitu:

Mesin ini dirancang dengan biaya yang rendah dengan kapasitas produksi yang optimum.

Tetapi terdapat beberapa kelemahan. Antara lain:

a. Umur pakai mesin yang pendek (4 s/d 5 Bulan) bila bahan bukan dari stainless

steel

b. Kadar Etanol yang dihasilkan masih rendah (dibawah 70 %) untuk mencapai

kadar 90 % diperlukan distilasi berulang ulang 2 atau 3 kali

Saran saya apabila menggunakan bahan baku singkong sbb:

Untuk aplikasi di masyarakat petani buat beberapa plasma / kelompok yg mempunyai kebun singkong sendiri jadi biaya produksinya tdk begitu besar kecuali kapasitas produksinya sudah besar.

Bila menginginkan kadar diatas 90 % gunakan distilasi colom / Rectifying colom akan lebih effisien.

Ajari para petani singkong cara budi daya singkong secara efektif shg hasil produktifitas nya maximal

Gunakan bibit singkong unggul kalo ada, yg menghasilkan singkong jumpah dan kualitas patinya tinggi

Usahakan kelangsungan bahan bakunya mencukupi , bila prod singkong berlimpah simpan sebagai gaplek sebagai cadangan bahan baku saat musim sulit singkong.

Bila di daerah anda tersedia tetes / molasses, nira gunakan bahan baku ini karena cost nya kecil proses membuat bio etanolnya lebih mudah.

Alat dan bahan :

Bila menggunakan bahan baku singkong diperlukan alat sbb :

1. mesin penggiling./ pemarut berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli ditoko penjual alat-alat industri.

gbr A gbr.B gbr.C

2. Tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku dapat dibuat

dari drum oli bekas gambar B

3. Kemudian dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger / cooler) dapat di buat dr

drum oli bekas.alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat

proses sakarifikasi) gambar C

Apabila menggunakan bahan baku Molases / tetes dr Pabrik Gula alat tersebut di atas tidak di perlukan lagi jadi akan lebih menghemat biaya peralatan dan biaya produksi nya akan lebih murah

1. Siapkan 3 DRUM bekas Oli Kapasitas 200 L

2. Siapkan 1 atau 2 Drum plastic plastic kapasitas 150 L untuk tempat fermentasi

3. Siapkan Pipa biasa , tembaga atau stainless steel sepanjang 15 Meter

4. 1 Buah Thermometer Untuk Cooking Tank / tangki pemasak dan 1 buah utk tangki

detilator

5. Selang Heavy duty ( transparan ) diameter 1 “ sepanjang 2 Meter utk indicator level

tangki

6. Selang Plastik Biasa diameter ¼ “ sepanjang 10-15 Meter utk cooler / pendingin

7. Pompa Air Kecil untuk sirkulasi air di condenser

8. Bikin Tungku Pemasak, dari pasangan batu bata , beton

9. Pipa Besi ukuran ¾ “ sepanjang 2 Meter

10. Stop Kran Ukuran dan Drain Valve Ukuran ¾ “

11. Gelas / tabung ukur 250 cc utk cek kadar dan drum / galaon utk Penampung Etanol

12. Alkohol meter utk pengukur Kadar Alkohol

13 Selang plastic diameter 10 mm untuk keluarkan CO2 dr fermentor

Saran :

Buat Pembakar tungku dr drum bekas di potong 2 bagian utk bahan bakar gajen / saw dust karena murah dan apinya cenderung stabil bisa tahan untuk memanaskan sampai 6 jam bisa juga pakai limbah bathok kelapa

Gunakan bahan bakar dr limbah yg murah apalagi klo gratis ,…saya juga pasti mau he..he.. . ,

kalau menggunakan kayu bakar apinya tidak stabil dan temperaturnya sulit di kontrol shg akan mempengaruhi kadar bio etanol yg keluar.

Cara Pembuatan

TANGKI FERMENTOR

Tangki fermentor ini berguna untuk memfermentasikan molasses (tetes Tebu) atau singkong sebelum proses destilasi berlangsung. Proses fermentasi ini dengan mencapurkan enzim alpha amilases atau campuran NPK,Ragi dan Urea ke dalam Cairan Tetes Tebu atau Bubur Singkong. Proses ini harus berlangsung secara aenorob, atau Hampa udara agar tidak terdapat kuman atau bakteri yang ikut masuk ke dalam tangki fermentor.

Jadi Saluran Duck neck di mulut tangki fermentor harus tertutup rapat,jangan sampai ada udara masuk.Udara hasil fermentasi yang keluar disalurkan melalui selang kecil yang disalurkan ke dalam Botol berisi air, dan posisi selang berada 2 cm dibawah tinggi permukaan air dalam botol tsbt. (lihat Gambar1)

Gambar 1

Proses fermentasi ini berlangsung selama 3 atau 4 hari, atau biasanya ditandai dengan habisnya gelembung2 udara yang mucul di botol penampung C02.

PROSES PEMBUATAN MESIN DESTILASI

1.Tanki Distilator

Ambil 1 Drum dan Belah bagian Atas dan bagian bawah drum

Bersihkan bagian dalam Drum bekas Oli dari kotoran yang ada.

Di sisi Sebelah Bawah Drum Buat pelat yang dipotong menjadi cekung, lalu las kembali plat cekung ini di sisi bawah drum.

Gambar.

Pada Bagian Bawah drum Beri Lubang untuk saluran Drain dan Las dengan Pipa dan beri Stop kran pada pipa itu

Pada Sisi samping Drum bolongi untuk penempatan Thermometer pengukur suhu dalam drum, agarTemperatur Etanol sebesar 79 derajat C bisa selalu dikontrol.

Disisi samping yang lain beri Lubang juga di bagian atas dan bawah untuk menempatkan Alat Ukurketinggian bahan Baku. Alat ukur ini terbuat dari Selang Heavy duty sepanjang 1M dan di klem di sisi atasdan bawah drum.

Gambar.

Tutup Kembali dan Las Rapat Bagian Atas Drum dan beri lubang untuk jalannya Pipa Stainless untuk proses penguapan etanol.

2. Kondensor / Pendingin

Siapkan 2 Buah Drum dan Bolongi salah satu sisi ke dua drum tersebut, lalu satukan kedua bagian drum yang bolong dan Las dengan Rapat.

Setelah menyatu, Bolongi kembali Sisi bagian atas drum, untuk menempatkan lilitan pipa stainless gunamenjadikannya sebagai condenser.

Alirkan Pipa Stainless atau tembaga dari Mesin Destilasi ke drum condenser. Buat lingkaran dari pipasepanjang 5 M dengan diameter lilitan 40 cm sebanyak 10 tingkat di dalam condenser.

Pada sisi bagian atas beri lubang untuk menempatkan lubang inlet pipa untuk sirkulasi air masuk

gambar 2 bahan tembaga

Dan pada bagian bawah beri lubang juga untuk sirkulasi air keluar ke arah pompa air

Lalu beri lubang pengeluaran dari pipa condenser untuk jalur keluarnya minyak bio-etanol yang dihasilkan.

Gambar : Rangkaian alat destilator dan skema

Cara membuat Bio etanol skala Rumah Tangga

1. Ubi kayu segar 50 kg dibersihkan

2. Dihaluskan dengan mesin penggiling

3. Hasil penggilingan disaring

4. Tambahkan air 40-50 liter, aduk dan panaskan pada alat pemasak.

5. Penambahan 1,5 ml enzim alfa amilase (panaskan 30-60 menit pada temperatur 90C.

6. Dinginkan (55-60C) dengan alat penukar panas, masukan lagi ke alat pemasak,

tambahkan 0,9 ml enzim gluko amilase. pertahankan temperatur 55-60C (selama 3

jam). dinginkan (kurang dari 30C) dengan alat penukar panas.

7. Tambahkan 1 g ragi roti, urea 65 g, NPK 14 g. biarkan selama 3 hari dalam tangki

fermentasi.

8. Hasil fermentasi ditandai dengan aroma seperti tape, suara gelembung gas naik dan

PH di atas 4.

9. Pindahkan bioetanol ke evaporator.

10. Di evaporator, panaskan jaga temperatur 78 derajat Celsius (untuk kontrol

temperatur).

11. Bioetanol yang keluar berkadar anatara 70 - 90 %

Bila menggunakan tetes tebu / molases anda tinggal melakukannya langsung mulai dari no 7 sampai selesai ( prosedur fermentasi )

PENTING DAN HARUS DIPERHATIKAN

1.Bio-etanol / Alkohol mempunyai sifat mudah menguap dan mudah terbakar,

2.Perhatikan dan kontrol peralatan distilasi, tangki dan pipa distilasi anda dr kebocoran

saat melakukan penyulingan utk meghindari bahaya kebakaran.

3.Pastikan peralatan distilasi anda tidak ada pipa yg buntu yg bisa menimbulkan tekanan

balik selama penyulingan berlangsung kalau perlu tangki distilator diberi alat pengukur

tekanan / pressure gauge.

4.Selama tdk ada tekanan balik distilasi anda akan berjalan pada tekanan normal ( 1 atm )

dan tidak bakal meledak .

5.Pastikan fasilitas Air nya cukup, kebutuhan air untuk pendinginan terpenuhi dan pompa

bejalan baik shg menghasilkan etanol terkondensasi dengan maximal dan fasilitas air ini

akan sangat berguna sekali apabila sewaktu waktu terjadi kebakaran.

6.Selalu perhatikan keselamatan kerja dan hindari bahaya kebakaran.

SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis ulang dari berbagai sumber oleh : Agus Mastrianto

Koperasi Agrobisnis Sukajaya Xwungu – Kendal